INFEKSI ODONTOGENIK
Definisi
Infeksi odontogenik adalah infeksi yang bersumber dari kerusakan gigi atau jaringan penyangga yang disebabkan oleh flora normal rongga mulut yang menjadi pathogen karena perubahan kualita maupun kuantitas. Infeksi odontogenik merupakan penyakit periodontal yang dikarakteristikkan oleh infeksi pulpa akibat karies yang diawali dengan akumulasi plak dan kalkulus.1
Etiologi
Infeksi sering disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme termasuk bakteri, fungi dan berbagai jenis parasit lain. Infeksi odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran berbagai macam bakteri aerob dan anaerob yang memiliki fungsi sinergis. Infeksi tahap awal bisa dimulai oleh bakteri aerob dan bakteri anaerob berperan pada tahap selanjutnya.
Junstensen (1981) mengemukakan bahwa 50% infeksi geligi dan sinusitis disebabkan oleh bakteri anaerob. Kruger (1984) mengemukakan bahwa 90% infeksi odontogenik disebabkan oleh bakteri anaerob atau kombinasi keduanya.
Francis (1986) menyebutkan bahwa bakteri anaerob yang ditemukan pada infeksi odontogenik adalah :
- Bacteroides
- Peptococcus
- Peptostreptococcus
Sedangkan bakteri aerob adalah :
- Streptococcus viridans
- S. hemoliticus
- Styaphylococcus 2
Patogenesis
penyebaran infeksi bersumber gigi akan melalui 3 tahap yaitu tahap abses dentoalveolar, tahap yang menyangkut spasium, dan tahap lebih lanjut yang merupakan tahap komplikasi. Suatu abses akan terjadi bila bakteri dapat masuk ke jaringan melaui suatu luka atau pun melalui folikel rambut. Pada abses rahang dapat melalui foramen apical atau marginal gingival.
Penyebaran infeksi melalui foramen periapikal berawal dari kerusakan gigi atau karies, kemudian terjadi proses inflamasi disekitar periapikal di daerah membrane periodontal berupa suatu periodontitis apikalis. Rangsangan yang ringan dan kronis menyebabkan membrane periodontal diapikal mengadakan reaksi membentuk dinding untuk mengisolasi penyebaran infeksi. Respon jaringan periapikal terhadap iritasi tersebut berupa inflamasi akut atau kronis. Apabila terjadi akut akan berupa periodontiti apikalis yang supuratif atau abses dentoalveolar.
Pada infeksi sekitar foramen apical terjadi nekrosis jaringan disertai akumulasi leukosit yang banyak dan sel-sel inflamasi lainnya. Sedangkan pada jaringan disekitar abses akan tampak hiperemi pembuluh darah dan edema. Buila masa infeksi bertambah maka tulang sekitarnya akan tersangkut, dimulai dengan hiperemi pembuluh darah kemudian infiltrasi leukosit dan akhirnya terjadi proses supurasi. Penyebaran selanjutnya akan melalui kanal tulang menuju permukaan tulang dan periosteum. Tahap berikutnya periosteum akan pecah dan pus akan berkumpul pada suatu tempat diantara spasium sehingga membentuk nsuatu rongga patologis.
Keterlibatan suatu spasium tergantung pada gigi penyebab, letak apeks gigi penyebab terhadap insersi otot yang melekat sekitar gigi dan kedekatannya kearah bukal atau lingual. Pada keadaan tertentu dapat terkena lebih dari satu spasium, hal ini merupakan keadaan yang sangat serius didalam penyebaran infeksi sampai dapat menimbulkan suatu penyebaran yang lebih jauh kearah atas kepala dan kebawah leher sampai ke mediastinum.
Manifestasi Sistemik
Demam
Termeratur normal berkisar antara 36,5 - 37,5 ºC dengan rata-rata 37. Pada anak-anak sekitar 0,3 derajat lebih tinggi dan temperatur pada axila atau inguinal biasanya 1-3 derajat lebih rendah. Peningkatan suhu merupakan salah satu gejala infeksi, tetapi harus diingat bahwa peningkatan suhu merupakan salah satu manifestasi penyakit neoplasma, seperti limphoma, inflamasi yang bukan infeksi seperti rheumatoid arthitis atau akibat seperti pada tirotoxicosis.
Peningkatan temperatur pada infeksi disebabkan pusat termogulasi pada hipotalamus distimulasi oleh endogen pirogen yang diaktivasi oleh endotoksin bakteri pelepasan granulosit, monosit dan makrofag.
Gejala Infeksi
Gejalan yang muncul pada proses inflamsi terlihat pada beberapa tingkatan dan tidak selalu terlihat pada semua penderita dengan infeksi. Gejala-gejala tersebut berupa: Rubor atau kemerahan terlihat pada daerah permukaan infeksi yang merupakan akibat vasodilatasi. Tumor atau odema merupakan pembengkakan daerah infeksi. Kalor atau panas merupakan akibat aliran darah dan meningkatnya metabolisme. Dolor atau rasa sakit, merupakan akibat ransangan pada saraf sensorik yang sebabkan pembengkakan atau perluasan jaringan infeksi.
Limphadenopati
Pada infeksi akut, kalenjar limfe membesar, lunak dan sakit. Kulit di sekitarnya memerah dan jaringan yang berhubungan membengkak. Pada infekksi kronis perbesaran kelenjar limfe lebih atau kurang keras tergantung derajat inflamsi, seringkali tidak lunak dan pembengkakan jaringan di sekitarnya biasanya tidak terlihat. Lokasi perbesaran kelenjar limfe merupakan daerah indikasi terjadinya infeksi.
Rencana Perawatan
Sebelumnya kita terlebih dahulu mengetahui prinsip penanganan infeksi yaitu:
1. Penilaian berat ringannya infeksi
2. Evaluasi dari tingkatan mekanisme pertahanan tubuh
3. Menentukan apakah penderita memerlukan perawatan spesialis
4. Lakukan intervensi bedah
5. Berikan terapi suportif
6. Pilih antibiotik yang sesuai
7. Evaluasi dan monitor keadaan penderita
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka perawatan infeksi orofacial yang disebabkan oleh infeksi odontogenik pertama-tama harus ditujukan pada eliminasi simtom akutnya. Dalam hal ini penilaian stadium infeksi, pengambilan keputusan yang tepat untuk memberikan antibiotika, melakukan insisi untuk drainase atau menghilangkan penyebab infeksi sangat menentukan perkembangan infeksi selanjutnya.
Infeksi odontogenik yang disertai dengan keadaan gawat darurat perlu ditangani secepatnya. Adapun dasar-dasar perawatannya sebagai berikut :
Penanganan gawat darurat.
Kondisi penderita yang cukup buruk perlu dirawat inap rumah sakit dan perlu diinfus untuk mengatasi dehidrasi. Jangan lupa awasi tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, kultur specimen.
Penanganan infeksi
Mengingat uji kultur dan uji kepekaan belum diketahui maka digunakan terapi empiris yaitu Penisilin yang efektif terhadap bakteri aerob dan anaerob. Bila infeksi mereda sampai 2-3 hari berarti antibiotika secara empiris yang digunakan telah memadai. Bila tidak maka digunakan antibiotika hasil uji kepekaan.
Perawatan jaringan infeksi
Bila fluktuasi positif maka segera lakukan insisi untuk drainase Tujuan utama tindakan pembedahan adalah menghilangkan sumber infeksi (pulpa nekrosis/saku periodontal yang dalam), memberikan drainase untuk kumpulan pus dan jaringan nekrotik dan mengurangi ketegangan jaringan sehingga meningkatkan aliran darah dan zat-zat yang berguna untuk pertahanan tubuh pada lokasi infeksi.
Perawatan gigi sumber infeksi
Setelah tanda-tanda inflamasi mereda, gigi yang merupakan infeksi primer, segera lakukan ekstraksi, bila perlu kuretase sampai jaringan nekrosis pada soket bekas ekstraksi bersih.